Apa Kabar Pendidikan Karakter

Apa Kabar Pendidikan Karakter

oleh : Yulianti
Sebagai awalan saya ingin menulis sebuah kalimat ini: “Semua orang jenius, tapi menyuruh singa terbang di udara, dan sebaliknya menyuruh elang berenang di lautan”, itu sama sekali tiak cocok. Maksud kalimat ini simpel sekali, semua orang memang jenius, tapi jangan paksakan mereka mengikuti fase yang sama, masing-masing anak-anak memiliki kekhasan dan bakat berbeda-beda.

Tapi tidak dalam sistem pendidikan kita. Lihat saja, semua anak harus melewati fase yang sama dalam pendidikan nasional. Dan kita, disadari atau tidak, mulailah mendefinisikan banyak hal. Anak jenius adalah anak-anak yang jago Matematika, juara olimpiade fisika, anak-anak harus menguasai bahasa asing, anak-anak yang masuk jurusan IPA, anak-anak yang masuk universitas ternama dan lulus tercepat dengan predikat Cum Laude. Lantas kenapa? Singa memang tidak bisa terbang di angkasa, tapi dia tetap si raja hutan.


Dengan demikian kita dengan serta merta langsung memiliki definisi sekolah bagus; masuk sana keren, masuk sini, lumayanlah sih. Masuk situ, eh itu sekolah apa ya? Jurusan ini meyakinkan, mantap, jurusan itu adalah idola, cepet dapet kerja, ehh... jurusan kamu di mana? Nggak pernah dengar tuh. Kita menuntut semua orang dengan definisi yang sama, kita memasung mereka dengan hal ini. Padahal inilah yang pertama kali harus segera dienyahkan dalam pendidikan. Mengkotak-kotakan, membuat kasta. Kaya jaman Kerajaan saja...dah ga jaman coy....he...

Selanjutnya, darimana sih logika, semakin panjang jam sekolah, semakin lama proses belajar di sekolah, maka semakin bagus kualitas pendidikannya? Semakin banyak yang diajarkan, semakin dahsyat anak-anaknya. Semakin tinggi KKMnya semakin melejit nilai akademisnya,. Dari mana? Semua mata pelajaran ditumpahkan ke anak-anak. Dari pagi hingga petang--bahkan malam, ditambah les pula. Bahkan di usia dini sekalipun, si kecil sudah bagai mesin atau kuli, mengejar target-targetnya. Saya tahu, kompetisi di masa depan itu akan ketat sekali,tapi saya kira, solusinya bukan dengan mencekoki anak-anak kita dengan begitu banyak beban pelajaran. Ada yang lebih penting dibanding nilai-nilai, angka-angka, ada yang lebih penting dibanding ijasah. Dan jelas, ada yang lebih penting dibanding tropi-tropi hebat itu. Tapi anak-anak yang baiklah yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik (bukan salah) menurut norma dan agama yang sejatinya menjadi prodak dari Pendidikan Karakter. Pendidikan anak-anak, tidak hanya memenuhi ambisi orang tua secara sepihak, apalagi memenuhi ketakutan dan kecemasan orang tua saja. Terlebih dari itu Pendidikan untuk anak-anak adalah yang bisa meredam ambisi dan kecemsan orang tua bahwa “anak saya akan menjadi orang yang menghargai rupiah, bukan mesin penghasil rupiah yang mudah sekali menghambur-hamburkannya.

Next, buat apa ana-anak kita jenius, jika itu hanya jenius dalam menyelesaikan soal-soal Matematika? Soal-soal Fisika? Soal-soal di sekolah. Ayolah, apakah semua orang membutuhkan rumus pitagoras dalam kehidupan sehari-hari? Tidak. Mereka pintar mengerjakan soal, berbeda sekali dengan pintar dalam kehidupan. Yang lebih rumit lagi, kita jangan-jangan hanya melahirkan generasi yang hanya bisa disuruh dan menyuruh. Sesimpel bertanya dan menjawab. Generasi yang pragmatis sekali dalam pendidikan.


Yang terakhir, bahkan kita belum membahas tentang "kelas yang menyenangkan". Setiap tahun, jutaan murid2 menghadapi UN. Setiap menjelang UN, ritual doa2 massal dipanjatkan--sudah mengalahkan ritual naik haji. Tekanan dan stres bertambah, dan kita dipertontonkan sesuatu yang macam hantu. Mencontek massal. Dibilang tidak ada, tapi banyak kejadiannya. Dibilang ada, tapi siapa yang berani menunjukkannya. Mirip hantu sekali. Pejabat pemerintah daerah malu jika tingkat kelulusan rendah, ini, itu, hingga lupa, lantas apa sih sebenarnya tujuan UN? Buat Pak Pejabat? Pejabat pusat berbicara tentang standarisasi kelulusan. Jadi anak-anak itu hanya obyek saja?



Edisi UAS 2014

No comments:

Panjang busur dan Luas Juring

  Panjang busur dan juring sebuah lingkaran merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. Mereka sama-sama dipengaruhi oleh besar sudut y...